Jumat, 22 Januari 2016

Keadaan Situs Prabu Guru Haji Aji Putih (Perkembangan Terbaru)

Situs Prabu Guru Haji Aji Putih beberapa waktu lalu, sebelum pemerintah "bersikeras"
menggenangi Waduk Jatigede



"Ketika suatu bukti sejarah hilang, lenyap atau bahkan terkubur bersama perjalanan waktu, akan sulit untuk membuktikan sejarah berkaitan dengan bukti tersebut. Maka orang-orang 'berkepentingan' akan mudah merusak sejarah bangsa dan bertanya 'Mana buktinya?'. Itu pun ketika ada usaha menemukannya kembali, merawat dan melestarikannya bisa dihalang-halangi dan dituduh dengan cap negatif seperti syirik, takhayul, khurafat, melestarikan kebiasaan jahiliyah dan lain-lain.

Bagi saya, apa yang saat ini terjadi pada situs-situs sejarah di yang terancam oleh Waduk Jatigede adalah sesuatu yang sangat menyesakkan. Entah bagaimana bisa 'kepentingan' bisa mengalahkan kesadaran manusia untuk menjaga akar eksitensinya supaya tidak menjadi bangsa yang terombang-ambing di pentas dunia."

- Fajar Muhammad Rivai, salah satu pendiri Sectie Van Batavia

Selasa, 19 Januari 2016

Mari Berkunjung ke Museum Diorama Purwakarta!

Salah satu pemandu museum sedang memberikan penjelasan

Salah satu bagian dalam Bale Panyawangan Diorama Tatar Sunda



Sectie Van Batavia kali ini akan memberikan rekomendasi salah satu museum yang dapat dikunjungi, khususnya di Jawa Barat. Ada sebuah museum yang memiliki cara lain dalam menyajikan dan bercerita tentang sejarah kepada para pengunjungnya. Museum ini terletak di Purwakarta, Jawa Barat. Mengenai museum ini, dapat disimak dari salinan berita di bawah berikut:

"Inilah (tanda) keperwiraan, keagungan, dan keberanian yang sesungguh-sungguhnya dari raja dunia, Yang Mulia Purnawarman, yang sekalian menjadi raja."

Begitulah terjemahan dari isi Prasasti Cidanghiang yang ditemukan di Munjul, Pandeglang. Sosok itu melihat dan membacanya dari sebuah museum yang tidak terlalu luas, namun memiliki teknologi yang jauh lebih maju dari museum-museum yang ada pada umumnya. Sebuah museum tentang sejarah keberadaan Kerajaan Sunda, keruntuhannya, lalu beralih ke masa setelah kerajaan, penjajahan Belanda, hingga masa kemerdekaan Bangsa Indonesia. Semua itu ada di museum yang letaknya di salah satu Gedung Kembar di Purwakarta, dengan nama Bale Panyawangan Diorama Tatar Sunda. Museum ini berada di gedung bagian selatan.

Minggu, 17 Januari 2016

Penerapan Sistem Hukum di Masa Jawa Kuno




Kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri di Jawa, dalam melakukan pengendalian kekuasaan, tentunya menerapkan sistem hukum. Dengan sistem hukum tersebut, kekuasaan kerajaan dapat memberikan manfaat bagi rakyat yang dinaungi. Adanya sistem hukum di masa itu dapat diketahui dari prasasti dan sastra. Boechari telah mengumpulkan sebanyak 12 prasasti yang di dalamnya memuat tentang pelanggaran hukum yang terjadi mulai dari pertengahan abad ke-9 hingga abad ke-14. Delapan di antaranya berasal dari periode sebelum abad ke-13.

Dari isi prasasti-prasastinya, pajak tanah dan sengketa waris tanah adalah masalah yang paling umum dicatat. Selebihnya lagi adalah masalah kewarganegaraan yang dikaitkan dengan kewajiban membayar pajak dan utang-piutang. Adanya kecenderungan bahwa masalah hak waris tanah baru muncul sesudah abad ke-10. Beberapa prasasti di antaranya memuat sedikit keterangan tentang prosedur penyelesaian sengketa, misalnya dengan mengirimkan surat panggilan kepada pihak-pihak yang bersengketa untuk memulai penyelesaiannya (Wurudul Kidul). Prasasti-prasasti dari Majapahit (Bendosari dan Parung) memuat keterangan bahwa permasalahan hendaknya dapat diselesaikan menurut ketentuan yang ada dalam kitab hukum, pendapat umum, kasus-kasus serupa yang terjadi sebelumnya, isi kitab Kutaramanawa dan kebiasaan pejabat kehakiman yang ahli terdahulu.

Terdapat tiga hal penting yang diketahui dari penerapan sistem hukum di masa itu. Pertama, kitab-kitab hukum yang tertulis dan bersifat “nasional” telah ada. Kedua, hukum adat masih dijadikan sumber aturan tambahan. Ketiga, pengetahuan tentang hukum formal telah dikenal oleh penduduk pedesaan.

Selasa, 22 Desember 2015

Evakuasi Kapal Dagang Belanda “Norah Moller” (Kedatangan di Batavia)




Batavia, 4 Februari 1942. Itu adalah hari yang sedikit menguntungkan bagi para korban selamat dari kapal dagang Belanda, yakni Norah Moller, yang mendapatkan serangan udara dari pesawat pembom Jepang di Selat Bangka. Niat awal untuk menuju Calcutta berubah menjadi mimpi buruk setelah mereka berjumpa dengan pesawat tersebut di Selat Bangka. Setidaknya itu dianggap sedikit menguntungkan karena mereka masih bisa selamat.

Kapal dagang Norah Moller meninggalkan Singapura pada tanggal 2 Februari 1942, bermaksud untuk berlayar menuju Calcutta, India. Namun, naas bagi kapal dagang tersebut. Keesokan harinya sebuah pesawat pembom Jepang menemukan mereka dan menghajar kapal dagang tersebut hingga terbakar. Selain itu, kedua mesin utamanya juga hancur.

Kamis, 10 Desember 2015

Sedikit Kisah Sepeda Onthel Hindia Belanda

Anggota klub sepeda G.S. Vrijburg, Bandung 1917



Dari: Surabaya Historical Community

Sementara orang-orang Bumiputera masih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi andalan, orang-orang Belanda yang ada di Hindia Belanda sudah menggunakan sepeda motor. Karena gengsi ini, mereka umumnya memandang rendah orang-orang Bumiputera yang masih menggunakan sepeda. Hal itu dapat dimaklumi, karena untuk membeli sepeda saat itu harganya sangat mahal dan kurang bersahabat untuk kocek orang-orang Bumiputera.

Bagi kebanyakan masyarakat saat itu, memiliki sepeda saja sudah dianggap baik dan menjadi alat transportasi diidolakan. Bahkan, dengan memiliki sepeda dianggap masih menjadi tolok ukur penyesuaian diri dengan kemajuan zaman pada saat itu. Sepeda yang ada pada masa itu adalah sepeda onthel.

Senin, 16 November 2015

DOWNLOAD: De Atjeh-Oorlog/Perang Aceh

Sampul depan "Perang Aceh"


Sepanjang masa kekuasan Belanda di Tanah Hindia (Indonesia), Belanda tidak pernah melakukan perang yang besar selain Perang Aceh. Jika Perang Diponegoro/Perang Jawa/Javaoorlog disebut sebagai perang paling besar yang merugikan Belanda, maka itu tidaklah benar. Perang Aceh ibarat gangguan yang terus menggerogoti Belanda selama puluhan tahun masa kekuasaannya di Bumi Nusantara.

Kamis, 01 Oktober 2015

DOWNLOAD: Hikajat Tanah Hindia




Hikajat Tanah Hindia, begitulah nama buku ini. Buku ini adalah salah satu pustaka lama peninggalan masa kolonial Belanda. Dinamakan "Hikajat Tanah Hindia", karena buku ini memang bertemakan sejarah Hindia Belanda. Adapun mengenai keterangan percetakan buku ini, pada bagian bawah sampulnya tertulis:

Tertjitak di bandar Betawi, pada
pertjitakan Goebernemen
1894