Minggu, 23 Agustus 2015

Menjaga dan Mempererat Ikatan Antara Bangsa Dengan Sejarahnya




Ketika kita membicarakan peninggalan sejarah bangsa kita, maka kita juga membicarakan tentang akar eksistensi kita. Jika dalam sejarah bangsa kita dipertanyakan tentang eksistensi suatu peradaban yang pernah berjaya, apalagi jika peradaban itu menjadi warisan yang masih berlaku, tentu harus ada bukti-buktinya. Bukti-bukti itu bisa berupa bangunan, prasasti, naskah, dan lain-lain.

Bukti-bukti yang ditemukan dari suatu peradaban atau peristiwa yang pernah terjadi memang masih belum ada, tetapi kita tidak perlu merisaukan kebenarannya jika ditemukan bukti-bukti lain yang mendukung. Misalnya ketika kita membicarakan tentang Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah. Belum ada bukti yang ditemukan untuk mengetahui secara pasti bagaimana bentuk istana atau keratonnya. Tetapi keberadaan Kerajaan Mataram Hindu masih dapat dibuktikan, misalnya dari tulisan-tulisan tercantum dalam prasasti-prasasti yang dibuat dan kemegahan candi yang dibangun pada zamannya. Dari bukti-bukti dukungan itulah kita mengetahui eksistensi Kerajaan Mataram Hindu meski sebenarnya kajian arkeologi maupun sejarah dapat dikatakan masih jauh dari harapan untuk melengkapinya.

Adapun terhadap bukti-bukti dari suatu eksistensi dalam sejarah yang telah ditemukan dan menjadi bukti kuat darinya, kita wajib untuk menjaganya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menjaga dan mempererat ikatan antara diri mereka dengan sejarahnya. Mengapa menjaga dan mempererat ikatan antara bangsa dengan sejarah bangsa itu diperlukan?

Jumat, 21 Agustus 2015

Peringatan 70 Tahun Indonesia Merdeka di Cipaku Berjalan Lancar

Spanduk "Peringatan 70 Tahun Indonesia Merdeka di Kabuyutan Cipaku" di Situs Cipeueut

Beberapa pihak yang berartisipasi langsung dalam upacara sederhana di Situs Cipeueut

Bunda Ully Sigar Rusady bersama beberapa partisipan di Karaton Srimanganti



Sebelumnya, Sectie Van Batavia menghimbau kalian untuk tidak percaya begitu saja berita-berita di media massa yang terkesan menyudutkan pihak penolak penenggelaman Waduk Jatigede. Untuk mendapatkan informasi yang benar, maka dengan datang langsung ke lokasinya, dan berdialog langsung pula dengan pihak penolak adalah lebih baik. 

Alhamdulillah, Sectie Van Batavia turut mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berjalan lancarnya kegiatan "Peringatan 70 Tahun Indonesia Merdeka" yang diadakan oleh pihak DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda) bersama beberapa perkumpulan lainnya di Situs Cipeueut, Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Dihadiri oleh Bunda Ully Sigar Rusady dan Kang Acil Bimbo, kegiatan yang dilangsungkan selama 16-17 Agustus lalu ini meskipun terkesan sederhana namun sarat dengan nilai-nilai positif yang menjadi tujuannya. Di samping itu juga, sebagai bentuk penolakan terhadap rencana penggenangan Waduk Jatigede.

Sabtu, 15 Agustus 2015

Untuk Wilayah Jawa Barat dan Seluruh Indonesia: Hadirilah Peringatan Kemerdekaan RI yang Ke-70 di Cipaku!




Harap dibaca hingga akhir entri!

Sectie Van Batavia telah mendapatkan undangan dari pihak DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda) untuk menghadiri "Peringatan 70 Tahun Indonesia Merdeka di Kabuyutan Cipaku". Peringatan ini akan dilaksanakan di Desa Cipaku, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat.

Peringatan ini juga dilaksanakan dalam rangka menyelamatkan Situs Cipaku yang terancam oleh "pembangunan" Waduk Jatigede. Namun, Sectie Van Batavia menyampaikan permintaan maaf karena tidak bisa ikut menghadiri secara langsung. Hal ini dikarenakan kami selaku pendiri Sectie Van Batavia masih terjebak dalam rutinitas wajib masing-masing. Sebagai bentuk permintaan maaf, kami akan menyebarluaskan undangan ini kepada pihak lain di wilayah Jawa Barat, bahkan seluruh daerah di Indonesia.

Kamis, 13 Agustus 2015

Pentingnya Pendidikan Sejarah: Mempertahankan Cinta Terhadap Sejarah Bangsa Sebagai Salah Satu Cara Menghayati Hari Kemerdekaan





"Sebelumnya, kami mengucapkan Selamat Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70 yang akan diperingati pada tanggal 17 Agustus nanti. Semoga Indonesia menjadi lebih baik di masa depan agar bangsa ini dapat menjadi bangsa yang besar."

Setiap negara yang merdeka tentu memiliki hari yang dijadikan momen tepat untuk menyatakan kemerdekaan. Pada hari itu, setiap orang di negara-negara merdeka tersebut memperingatinya dengan suka cita dan mengisinya dengan berbagai kegiatan. Mulai dari kegiatan resmi kenegaraan hingga kegiatan yang non resmi yang diadakan atas dasar suka cita.

Di Indonesia, selalu diadakan upacara penaikan bendera Merah Putih pada hari kemerdekaan. Untuk yang ini, merupakan kegiatan resmi yang dilakukan oleh Negara. Tidak hanya itu, ada lagi kegiatan non resmi yang dilakukan. Salah satunya dengan mengadakan lomba rakyat. Lomba rakyat ini dapat kita jumpai di berbagai tempat. Balap karung, panjat pinang dan lainnya adalah bagian dari lomba rakyat yang sudah menjadi ikon yang melekat pada rakyat Indonesia. Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa pun antusias mengikuti lomba rakyat tersebut.

Senin, 10 Agustus 2015

Belajar Mencintai Sejarah Dari Para Veteran

Beberapa veteran yang hadir dalam deklarasi "Save Museum" yang diadakan oleh
Bogor Historical Community di Museum Perdjoangan (Perjuangan) Bogor, 25 Desember 2014



“Para veteran nasional itu, meskipun seperti hilang ditelan waktu tetapi eksistensi mereka tetap ada. Sosok-sosok tua itu tetap tegar dan teguh dalam menjalani kerasnya kehidupan. Mereka adalah orang tua yang mengajarkan kita melalui berbagai hal positif yang mereka lakukan, tentang keteguhan hati untuk NKRI. Mereka tentu tidak ingin bangsa ini lupa akan sejarah, apalagi sejarah perjuangan bangsa. Mereka tidak ingin generasi penerus mereka menjadi generasi yang tidak tahu jati diri bangsanya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bukan saja menghargai sejarahnya, tetapi juga menghormati sejarah itu sendiri.”

-  Fajar M. Rivai


Ketika kita mendengar kata “veteran”, yang terbayangkan dalam alam pikir kebanyakan orang adalah sosok tua yang dahulunya adalah seorang prajurit atau pejuang yang ikut dalam berbagai pertempuran melawan musuh demi keutuhan negara. Di Indonesia, veteran kerap identik dengan sosok-sosok tua yang dahulunya ikut berjuang melawan agresi militer Belanda sejak setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 hingga pengakuan kedaulatan di tahun 1949. Meskipun sebenarnya jika diakui secara jujur, kategori veteran tidaklah terbatas untuk mereka yang berjuang secara fisik pada masa itu saja.

Jumat, 07 Agustus 2015

Ketika Peninggalan Sejarah (Kembali) Terancam: Fenomena Himpitan Kaum Revivalis dan Masalah Jatigede

Dampak yang akan terjadi dari kelanjutan pembangunan Waduk Jatigede


Revivalis, atau (dalam hal ini) orang-orang yang mengklaim dan menghendaki adanya pemurnian dalam agama Islam sudah bukan barang yang asing lagi, termasuk di Indonesia. Berbagai cara mereka lakukan untuk mempertahankan dan menyebarkan paham mereka, mulai dari mendirikan media (televisi, website, dan radio), merambah ke dunia pendidikan formal (sekolah dan universitas) maupun non formal (perguruan agama), hingga melakukan kajian-kajian “ilmiah” di masjid-masjid.

Namun, keberadaan mereka justru kerap menimbulkan ketegangan (ini tidak banyak diliput media-media mainstream). Ketegangan ini dikarenakan sikap kaku mereka dalam pemahaman terhadap Islam, yang mereka anggap itu sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah/Al-Hadits. Tidak jarang revivalis cenderung menyalahkan pemahaman lain yang tidak sesuai dengan pemahaman yang mereka anut. Perdebatan-perdebatan pun kerap terjadi dan selalu diklaim revivalis bahwa mereka berdebat untuk kebenaran. Meskipun sebenarnya mereka jelas-jelas selalu mencari pembenaran. Di samping itu mereka juga mengklaim lebih unggul meski kenyataannya mereka tidak pernah beruntung, dengan kata lain selalu mengalami kekalahan karena pemahaman mereka yang kaku. Ditambah dengan kebiasaan mereka mengubah-ubah sejarah bangsa lain untuk kepentingan kegiatan yang mereka namakan dakwah, ketidak beruntungan itu telah menjadi boomerang bagi mereka. Namun mereka tidak pernah mau mengakui kenyataan tersebut.

Selasa, 04 Agustus 2015

Revitalisasi Kabuyutan Nusantara Demi Pelestarian Peninggalan Sejarah




Sekilas rencana Revitalisasi Kabuyutan Nusantara


Komunitas Kabuyutan telah menawarkan rencana Revitalisasi Kabuyutan Nusantara sebagai ganti dari "pembangunan" Waduk Jatigede. Rencana Revitalisasi Kabuyutan sepintas lebih mengarah pada pemberdayaan lokal yang sejahtera, tetapi setelah didalami ternyata ada banyak manfaat yang dapat diwujudkan lebih dari sekedar pemberdayaan lokalnya. Dari landasanya, Komunitas Kabuyutan memiliki inti tujuan yang sama dengan kami, Sectie Van Batavia dalam hal pelestarian dan menjaga peninggalan sejarah untuk tetap di tempatnya. Namun cakupannya lebih luas dengan berpijakan kepada kearifan lokal yang menjadi fokus Komunitas Kabuyutan.

Minggu, 02 Agustus 2015

Dokumentasi Foto Sectie Van Batavia Hanya Hadir di Word Press




Sectie Van Batavia telah menambahkan satu situs di Word Press, yang akan digunakan khusus untuk situs berisi kegiatan-kegiatan Sectie Van Batavia dalam bentuk dokumentasi foto. Setiap kegiatan yang diceritakan pada blog resmi Sectie Van Batavia ini, foto-foto kegiatan terkait akan dipisahkan dan ditempatkan pada situs khusus tersebut. Untuk mempermudah bila ingin melihat foto-foto tersebut secara lengkap, pada awal artikel kegiatan akan ditambahkan link terkait menuju situs dokumentasi foto Sectie Van Batavia.

Sabtu, 01 Agustus 2015

Sectie Van Batavia Berpotensi Menjadi Musuh Revivalis?




Apakah Sectie Van Batavia ini berpotensi menjadi musuh baru bagi kaum revivalis?

Pertanyaan ini muncul di benak kami, beberapa waktu lalu setelah mendirikan Sectie Van Batavia ini. Menilik dari kegiatan dan tujuan kami, bukan tidak mungkin kami akan bersinggungan dengan orang-orang revivalis yang senangnya merevisi sejarah bangsa lain demi kepentingan atas nama agama yang kerap mereka kumandangkan. Sebenarnya tidak hanya revivalis saja, namun kami juga akan bersinggungan dengan upaya-upaya yang mengatasnamakan "pembangunan" namun kenyataannya mengancam peninggalan bersejarah, dan bentuk-bentuk ancaman lain terhadap sejarah bangsa kita dan peninggalan-peninggalannya yang masih ada.