Senin, 10 Agustus 2015

Belajar Mencintai Sejarah Dari Para Veteran

Beberapa veteran yang hadir dalam deklarasi "Save Museum" yang diadakan oleh
Bogor Historical Community di Museum Perdjoangan (Perjuangan) Bogor, 25 Desember 2014



“Para veteran nasional itu, meskipun seperti hilang ditelan waktu tetapi eksistensi mereka tetap ada. Sosok-sosok tua itu tetap tegar dan teguh dalam menjalani kerasnya kehidupan. Mereka adalah orang tua yang mengajarkan kita melalui berbagai hal positif yang mereka lakukan, tentang keteguhan hati untuk NKRI. Mereka tentu tidak ingin bangsa ini lupa akan sejarah, apalagi sejarah perjuangan bangsa. Mereka tidak ingin generasi penerus mereka menjadi generasi yang tidak tahu jati diri bangsanya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang bukan saja menghargai sejarahnya, tetapi juga menghormati sejarah itu sendiri.”

-  Fajar M. Rivai


Ketika kita mendengar kata “veteran”, yang terbayangkan dalam alam pikir kebanyakan orang adalah sosok tua yang dahulunya adalah seorang prajurit atau pejuang yang ikut dalam berbagai pertempuran melawan musuh demi keutuhan negara. Di Indonesia, veteran kerap identik dengan sosok-sosok tua yang dahulunya ikut berjuang melawan agresi militer Belanda sejak setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945 hingga pengakuan kedaulatan di tahun 1949. Meskipun sebenarnya jika diakui secara jujur, kategori veteran tidaklah terbatas untuk mereka yang berjuang secara fisik pada masa itu saja.

Mereka adalah orang-orang yang telah kenyang dengan asam garamnya pertempuran, pahit geitrnya kehidupan di saat itu. Kehilangan rekan seperjuangan dan saat-saat sulit yang menyedihkan tetap terpatri dalam benak mereka bahkan meskipun mereka telah menjadi sosok-sosok tua yang tetap tegar menjalani kehidupan. Tetapi mereka tetap konsisten berjuang mempertahankan hak kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah ada dalam genggaman bangsa Indonesia.

Seiring berkembangnya dunia, eksistensi para veteran seperti hilang ditelan waktu. Entah apa yang membuat mereka terabaikan. Segala bentuk produk globalisasi dengan segala konsekuensinya, kiranya menjadi salah satu penyebab mengapa para veteran seperti hilang ditelan zaman. Ya, generasi masa kini kebanyakan larut dalam produk globalisasi tanpa sempat memperhatikan para veteran. Diperkirakan masih banyak veteran yang belum dinaungi oleh LVRI. Mungkin, ini dikarenakan hilangnya tanda bukti sebagai seorang veteran berupa lencana atau surat penghargaan dalam partisipasinya di masa perjuangan dahulu telah hilang tanpa sempat dibuat salinannya.

Itu baru sebagian kecil saja dari sekian banyak kesulitan yang dihadapi para veteran di hari tua mereka itu. Setelah mengetahui fakta itu, sudah seharusnya kita menghormati dan mengakui mereka. Mereka tidak hanya pejuang, tetapi juga orang tua kita. Pejuang sekaligus orang tua yang mengajarkan kita tentang ketegaran menjalani kerasnya kehidupan melalui hal-hal positif yang mereka lakukan, pejuang sekaligus orang tua yang ingin kita sebagai penerus mereka tetap berkontribusi untuk NKRI, pejuang sekaligus orang tua yang menumpukan harapan mereka kepada kita sebagai generasi yang sadar akan jati diri bangsa.

Sudah seharusnya, kita selaku generasi penerus perjuangan mereka melakukan banyak hal positif dalam rangka mengisi kemerdekaan yang telah didapat. Ada banyak yang dapat kita lakukan, salah satunya dengan tetap mencintai dan menghayati sejarah bangsa. Jangan pernah melupakan sejarah, begitulah pesan Ir. Soekarno (Bapak Proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia). Pesan ini tentu saja bukan hal yang asing bagi kita. Namun, pesan ini tetap harus kita laksanakan.

Dari para veteran itulah, seharusnya kita dapat belajar mencintai sejarah. Dengan mencintai sejarah, kita akan dapat mengambil banyak pelajaran darinya. Menjadikan kita lebih berhati-hati dan arif dalam mengambil berbagai tindakan yang akan kita lakukan. Mencintai sejarah, utamanya itu sejarah bangsa, juga akan membawa kita pada rasa cinta terhadap NKRI sebagai tanah air tempat kita dilahirkan dan tempat akar eksistensi bangsa kita.

1 komentar:

  1. Kasihan melihat tubuh tubuh tua itu, apalagi mereka yang tidak ternaungi LVRI.

    BalasHapus

Berkomentarlah dengan baik dan sopan sesuai etika dan EYD