Sumber sejarah berupa naskah, misalnya, (atas) dan sumber arkeologi dari masa lampau
(bawah) dapat menjadi data yang digunakan untuk mengungkap sejarah
Dalam
usaha mengungkap sejarah, ada banyak sumber-sumber yang berpotensi dapat
dijadikan sebagai tumpuan. Namun, tentu saja tidak semuanya dapat dijadikan
sebagai rujukan. Data-data yang berpotensi itu tentulah harus melalui proses
pemilihan, sehingga yang dijadikan rujukan adalah sumber-sumber yang kuat dan
dapat dipercaya. Apalagi dalam hal menyusun buku tentang sejarah, tentu saja
pemilihan sumber wajib diperhatikan.
Dengan
banyaknya sumber-sumber yang berpotensi untuk dijadikan rujukan, bagaimana
untuk bisa memilihnya sehingga hanya ada beberapa yang dapat dipercaya sebagai
rujukan, misalnya dalam penyusunan buku sejarah? Mengingat banyak sekali sumber
sejarah yang dicurangi demi kepentingan kelompok tertentu yang bahkan
dipublikasikan dalam kajian-kajian sejarah atau yang biasa kita lihat di
internet tanpa dasar yang jelas dan hanya berdasarkan persepsi
kelompok-kelompok tersebut.
Biasanya,
ada tiga pijakan yang menjadi pertimbangan untuk memilih data. Tiga pijakan ini
terdiri dari otentisitas, kewenangan pengarang dan kebutuhan khusus.
Otentisitas. Sumber
data utama yang akan digunakan diambil dari hasil penelitian lapangan yang
dilakukan oleh lembaga resmi maupun individu-individu yang memiliki kemampuan
dasar untuk melakukan perekaman data. Tentunya berkaitan dengan data-data lain,
misalkan data arkeologi, yang pengumpulannya dilakukan oleh lembaga-lembaga
penelitian. Jadi tidak boleh suatu data dipublikasikan begitu saja apalagi
dalam kajian-kajian yang diadakan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan tujuan
mempertahankan eksistensi kepentingan negatif yang terselubung.
Kewenangan Pengarang. Mengacu
pada latarbelakang penulisnya berkenaan dengan aspek yang ditulis. Juga
didasarkan pada sumber data yang telah diolah oleh pakar yang memang mendalami
bidangnya. Jangan mengambil dari sumber-sumber olahan orang-orang dari
kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab, apalagi yang mengatasnamakan
SARA.
Kebutuhan Khusus. Kebutuhan
khusus merujuk pada data yang tidak cukup tersedia sehingga harus ditelusuri
dari berbagai sumber yang ditulis oleh para peneliti dengan latarbelakang
keilmuan yang berbeda-beda dan dengan maksud yang bisa berbeda-beda. Data
tentang ekonomi misalnya (yang tergolong sedikit sumbernya) akan dicari dan
ditelusuri melalui tulisan-tulisan tentang sejarah arsitektur, gagasan
keagamaan, atau upacara-upacara tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan sesuai etika dan EYD