Sampai
sekarang berita-berita masa lampau tentang seni pertunjukan Sunda masih
samar-samar. Prasasti dan naskah-naskah kropak (lontar; nipah) di Sunda tidak
ada yang memberitakan tentang seni pertunjukan secara lengkap, dan biasanya
hanya terdapat gejalanya saja. Akan tetapi dengan melalui suatu kritik dan
perbandingan maka gejala yang terdapat di dalamnya akan bisa menunjukkan
kemungkinan terdapatnya keterkaitan dengan seni pertunjukan.
Berdasarkan
naskah-naskah Sunda atau naskah lain yang berkaitan dengan Sunda, terdapat
empat naskah yang dalam isinya menyebutkan suatu istilah seni pertunjukan atau
secara singkat membicarakan keberadaan seni pertunjukan, yaitu naskah Carita Parahiyangan, Sewaka Darma, Bujangga Manik, dan Sanghyang
Siksakandang Karesian. Naskah lainnya, Ratu
Pakuan dan Decadas da Asia, tidak
secara langsung menyebutkan adanya suatu istilah atau peristiwa seni
pertunjukan, tetapi kata atau kalimat yang terdapat di dalamnya, ada
kemungkinan berkaitan dengan istilah yang ada dalam seni pertunjukan.
Naskah Kidoeng Soenda (terjemahan dari bahasa
Kawi) menyebutkan adanya suatu seni pertunjukan Sunda, tetapi penulis pertama
(Kawi) dan tempat penulisannya tidak berada di tempat di mana wilayah kesenian
tersebut berada, serta penulisannya dilakukan beberapa tahun setelah peristiwa
yang diceritakan dalam naskah terjadi. Prasasti
Batutulis di Bogor tidak memberitakan
adanya suatu seni pertunjukan secara langsung, tetapi dalam kata atau
kalimatnya terdapat gejala adanya seni pertunjukan pada waktu itu.
Tulisan-tulisan itulah yang sampai saat ini diketahui berkaitan dengan seni
pertunjukan Sunda pada masa lampau.
Download disini untuk membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan sesuai etika dan EYD